Stratifikasi sosial menurut
Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).Pitirim A. Sorokin dalam
karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem
lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs.
Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilese dan prestise.
Stratifikasi sosial menurut
Soerjono Soekanto adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam
kedudukan berbeda-beda secara vertikal baik pada masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern yang heterogen atas dasar kedudukan yang diperoleh melalui
perjuangannya untuk melangsungkan interaksinya dalam masyarakat.
Pengertian stratifikasi sosial
itu sendiri secara umum adalah penggolongan-penggolongan manusia secara
bertingkat (hierarkis).Dasar penggolongannya adalah kedudukan atau status
sosial yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang.Akibat adanya
penggolongan-penggolongan tersebut adalah perbedaan antar hak, kesempatan, dan
kewajiban masing-masing individu/kelompok. Gejala penggolongan-penggolongan
manusia berdasarkan kriteria sosial secara vertikal merupakan gejala yang telah
lazim di setiap kehidupan manusia di dalam kelompok dan merupakan proses sosial
yang bersifat alamiah.
Agama Hindu mengklasifikasikan
manusia dalam kasta-kasta sosial :
Kasta Brahmana : kelompok yang menduduki sebagai pemuka
agama
Kasta Ksatria :kelompok yg strata sosialnya sebagai
bangsawan/birokrat
Kasta Waisya : kelompok yang ditempati oleh petani
dan pedagang
Kasta Sudra : kelompok buruh, abdi, pekerja
Kasta Paria : kelompok para gelandangan, orang
gila, dan pengemis
Dasar-dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
Ukuran Kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan)
dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan
sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan
termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula
sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan
yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat
tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja.
Ukuran Kekuasaan dan Wewenang
Seseorang yang mempunyai
kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam
sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan
sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat
biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya,
kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas
dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau
dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi
luhur.
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering
dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.
Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi
dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan),
atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur,
doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering
timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak
orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan
seterusnya
Sistem-sistem yang Membentuk Stratifikasi Sosial
a) Sistem Kekastaan
kasta adalah kategori dimana para
anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam hierarki (lapisan
vertikal) sosial, serta hubungan-hubungannya yang dibatasi oleh status yang
dimilikinya.
b) Kelas Sosial
terdiri dari sejumlah orang yang
memiliki status sosial baik ascribed status, achieved status, dan assigned
status.
c) Sistem Feodal
terdiri dari kaum raja,
bangsawan/tuan tanah, ksatria, petani.
d) Sistem Apartheit
pemisahan yang terjadi antara
golongan penduduk yang berkulit hitam dengan golongan penduduk yang berkulit
putih.
Sifat stratifikasi sosial terbagi
menjadi dua, yaitu closed social stratification (pelapisan sosial tertutup) dan
open social stratification (pelapisan sosial terbuka). Pelapisan sosial
tertutup adalah tertutupnya seseorang atau sekelompok orang untuk pindah dari
lapisan sosial satu ke lapisan sosial lainnya secara vertikal.Contohnya pada
masyarakat feodal dan sistem kekastaan yang kuat sehingga sulit bagi seseorang
atau sekelompok orang untuk berpindah status sosial maupun berpindah
kasta.Dalam pelapisan berdasarkan ras manusia juga dapat dijumpai sistem
pelapisan sosial tertutup.Sedangkan, pelapisan sosial terbuka adalah terbukanya
seseorang atau sekelompok orang untuk pindah dari lapisan sosial satu ke
lapisan sosial lainnya secara vertikal.Status sosial pada sifat pelapisan
sosial terbuka ini dapat diperoleh melalui perjuangan untuk memperoleh status
sosial yang diharapkan serta adanya keahlian dan keterampilan dari
masing-masing individu.
Dilihat dari proses terjadinya,
status sosial dibagi menjadi tiga :
1. Ascribed
Status
kedudukan sosial seseorang yang
diperoleh secara otomatis melalui kelahiran atau keturunan. Status ini
diperoleh tanpa usaha tertentu bagi yang mendudukinya, bukan atas inisiatifnya
sendiri.
Contoh ” orang keturunan
bangsawan (berdarah biru) atau keratin
2.
Achieved
Status
status yang diperjuangkan. Suatu kedudukan
yang dicapai seseorang melalui usaha-usaha yang disengaja atau melalui
perjuangan. Status sosial ini bersifat terbuka asalkan memenuhi syarat-syarat
tertentu. Status ini tertutup untuk kasta.
Contoh ” status sebagai mahasiswa
3. Assigned
Status
status yang diberikan. Adalah
status sosial yang diberikan kepada seseorang yang berjasa dan telah
memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Contoh :
“status yang diberikan kepada
Bapak Soeharto sebagai Bapak Pembangunan
“status yang diberikan kepada
Bapak Soekarno sebagai Bapak Proklamator
Fungsi Stratifikasi Sosial itu
sendiri adalah :
Menurut Kingsley Davis dan Wilbert Moore
mendorong individu untuk
menempati status-status sosial tertentu.
Menurut Karl Marx dan Max Weber
mendorong timbulnya konflik
sosial akibat dari ketidak adilan sosial.
Menurut Soerjono Soekanto
memberikan fasilitas hidup
tertentu (life chance) dan membentuk gaya tingkah laku hidup (life style) bagi
masing-masing anggotanya.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Menurut Weber, para anggota masyarakat dapat dipilah secara
vertikal berdasarkan atas ukuran-ukuran kehormatan, sehingga ada orang-orang
yang dihormati dan disegani dan orang-orang yang dianggap biasa-biasa saja,
atau orang kebanyakan, atau bahkan orang-orang yang dianggap hina. Orang-orang
yang dihormati atau disegani pada umumnya adalah mereka yang memiliki jabatan
atau profesi tertentu, keturunan
bangsawan atau orang-orang terhormat, atau berpendidikan tinggi. Ukuran-ukuran
penempatan anggota masyarakat dalam stratifikasi sosial yang dapat
dikategorikan sebagai kriteria sosial antara lain, (1) profesi, (2) pekerjaan, (3) tingkat pendidikan, (4)
keturunan, dan (5) kasta.
1. Profesi
Yang dimaksud profesi adalah
pekerjaan-pekerjaan yang untuk dapat melaksanakannya memerlukan keahlian,
misalnya dokter, guru, wartawan, seniman, pengacara, jaksa, hakim, dan
sebagainya. Orang-orang yang menyandang
profesi-profesi tersebut disebut kelas profesional.
Di samping kelas profesional,
dalam masyarakat terdapat juga kelas-kelas
tenaga terampil dan tidak terampil, yang pada umumnya ditempatkan pada
posisi yang lebih rendah dalam stratifikasi sosial masyarakat.
2. Pekerjaan.
Berdasarkan tingkat prestise atau
gengsinya, pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi: (1)
pekerjaan kerah putih (white collar), dan (2) pekerjaan kerah biru (blue
collar). Pekerjaan kerah putih merupakan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih menuntut penggunaan pikiran atau daya
intelektual, sedangkan pekerjaan-pekerjaan kerah biru lebih menuntut penggunaan
energi atau kekuatan fisik. Pada umumnya anggota masyarakat lebih memberikan
penghargaan atau gengsi yang lebih tinggi pada pekerjaan-pekerjaan kerah putih.
Walaupun, tidak selalu bahwa pekerjaan kerah putih memberikan dampak ekonomi
atau finansial yang lebih besar daripada pekerjaan kerah biru.
3. Pendidikan
Pada zaman sekarang ini
pendidikan sudah dianggap sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sebagian
besar anggota masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan tinggi akan menempati
posisi dalam stratifikasi sosial yang lebih tinggi. Sehingga tamatan S-3 dipandang lebih tinggi kedudukannya
daripada tamatan S2, S1, SMA/SMK, SMP,
SD, dan mereka yang tidak pernah
sekolah.
4. Keturunan
Keturunan raja atau bangsawan
dalam masyarakat dipandang memiliki kedudukan yang tinggi. Bahkan, pada
masyarakat feodal, hampir tidak ada pengakuan terhadap simbol-simbol yang
berasal dari luar istana, termasuk tata kota, arsitektur, pemilihan hari-hari
penting, pakaian, seni, dan sebagainya. Penempatan orang dalam posisi-posisi
penting dalam masyarakat akan selalu mempertimbangkan faktor keturunan, dan
keaslian keturunan dipandang sangat penting.
5. Kasta
Kasta merupakan pemilahan anggota
masyarakat yang dikenal pada masyarakat Hinduisme. Masyarakat dipilah menjadi
kasta-kasta, seperti: Brahmana, Ksatria,
Weisyia, dan Sudra. Kemudian ada orang-orang yang karena tindakannya dihukum
dikeluarkan dari kasta, digolongkan menjadi paria.
Sebagian besar orang menganggap
pemilahan dalam kasta bersifat graduated atau berjenjang, mengingat orang-orang
yang berasal dari kasta yang berbeda akan memiliki gengsi (prestige) dan
hak-hak istimewa (privelege) yang berbeda. Namun, tokoh-tokoh Hinduisme
menyatakan bahwa kasta bukanlah pemilahan vertikal, melainkan hanyalah
merupakan catur warna.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Kriteria ekonomi yang digunakan
sebagai dasar stratifikasi sosial dapat meliputi penghasilan dan pemilikan atau kekayaan.
Apabila dipilah menggunakan
kriteria ekonomi, maka masyarakat akan terdiri atas
a) Kelas atas, yaitu orang-orang yang
karena penghasilan atau kekayaannya
dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
b) Kelas menengah, yaitu orang-orang yang
karena penghasilan dan kekayaannya dapat leluasa memenuhi kebutuhan hidup
mendasarnya, tetapi tidak leluasa untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya
c) Kelas bawah, yaitu orang-orang yang
dengan sumberdaya ekonominya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup
mendasarnyanya, tetapi tidak leluasa, atau bahkan tidak mampu untuk itu.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
Ukuran yang digunakan untuk
memilah masyarakat atas dasar dimensi atau kriteria politik adalah distribusi
kekuasaan. Kekuasaan (power) berbeda dengan kewenangan (otoritas). Seseorang yang berkuasa tidak selalu memiliki
kewenangan.
Yang dimaksud kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat, termasuk
mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif.
Sedangkan wewenang adalah hak untuk berkuasa. Apa yang terjadi apabila orang mempunyai
wewenang tetapi tidak memiliki kekuasaan? Mana yang lebih efektif, orang
mempunyai kekuasaan saja, atau wewenang saja?
Meskipun seseorang memiliki hak
untuk berkuasa, artinya ia memiliki wewenang, tetapi kalau dalam dirinya tidak
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, maka ia tidak akan dapat
melaksanakan hak itu dengan baik. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki
kemampuan mempengaruhi pihak lain, meskipun ia tidak punya wewenang untuk itu,
pengaruh itu dapat berjalan secara efektif.
Untuk lebih memahami hal ini, dapat diperhatikan pengaruh tokoh
masyarakat, seperti seorang tokoh agama atau orang yang dituakan dalam
masyarakat.
Sudah beradab-abad menjadi
pemikiran dalam dalil politik, bahwa kekuasaan dalam masyarakat selalu
terdistribusikan tidak merata. Gaetano Mosca (1939) menyatakan bahwa dalam
setiap masyarakat selalu terdapat dua kelas penduduk: satu kelas yang menguasai
dan satu kelas yang dikuasai. Kelas pertama yang jumlahnya lebih kecil,
menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan
yang diberikan oleh kekuasaan itu, sedangkan kelas kedua, yang jumlahnya lebih
besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama itu.
Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca,
dan Robert Michels memberikan pengertian bahwa beberapa asas umum yang menjadi
dasar bagi terbentuknya stratifikasi sosial, khususnya yang berkaitan dengan
kekuasaan politik, adalah:
1. Kekuasaan politik tidak dapat
didistribusikan secara merata
2. Orang-orang dikategorikan ke
dalam dua kelompok: yang memegang kekuasaan dan yang tidak memilikinya
3. Secara internal, elite itu
bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran kelompok
4. Keanggotaan dalam elite
berasal dari lapisan yang sangat terbatas
5.Kelompok elite pada hakikatnya
bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapa pun di luar kelompoknya mengenai
keputusan-keputusan yang dibuatnya
Di dalam masyatakat yang
demokratis, pembagian dikotomis antara yang berkuasa dan tidak berkuasa tidak
sesederhana yang dikemukakan Mosca dan kawan-kawannya. Biarpun kelas berkuasa jumlah orangnya selalu
lebih sedikit, tetapi pada umumnya distribusi kekuasaan lebih terfragmentasi ke
berbagai kelompok-kelompok. Dalam
masyarakat yang demokratis, kelompok elite tidak memiliki otonomi sebagaimana
pada masyarakat diktator. Kekuasaan elite dalam masyarakat demokratis selalu
dapat dikontrol oleh kelompok-kelompok yang ada di luar kelompok elite, dan
jumlahnya lebih dari satu.
a) Dominasi
Dominasi merupakan kekuasaan yang
nyaris tidak dapat ditolak oleh siapapun. Kekuasaan yang sifatnya hampir
multlak.
Kekuasaan dalam masyarakat
berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) kekuasaan
tradisional, (2) kekuasaan kharismatik, dan (3) kekuasaan legal-rasional.
Kekuasasan tradisional adalah
kekuasaan yang sumbernya berasal dari tradisi masyarakat, misalnya raja. Kekuasaan kharismatik bersumber dari
kewibawaan atau kualitas diri seseorang, dan kekuasaan legal rasional bersumber
dari adanya wewenang yang didasarkan pada pembagian kekuasaan dalam birokrasi,
misalnya pemerintahan.
Mengapa dominasi?
Dominasi dapat terjadi
karena unsur-unsur kekuasaan seperti kharisma, tradisi dan legal
rasional dimiliki oleh seseorang. Dalam
batas-batas tertentu, Sultan Yogyakarta memiliki ketiga unsur kekuasaan
tersebut.
b) Status sosial
Unsur penting dalam stratifikasi
sosial adalah status. Apakah status? Status adalah Posisi atau kedudukan atau
tempat seseorang atau kelompok dalam struktur sosial masyarakat atau pola
hubungan sosial tertentu.
Status seseorang dapat diperoleh
sejak kelahirannya (ascribed status), diberikan karena jasa-jasanya (assigned
status), atau karena prestasi dan perjuangannya (achived status). Masyarakat
modern lebih menghargai status-status yang diperoleh melalui prestasi atau
perjuangan, masyarakat feudal lebih menghargai status yang diperoleh sejak
lahir.
Apakah kelas sosial?
· Segolongan orang yang menyandang
status relatif sama
· Memiliki cara hidup tertentu
· Sadar akan privelege (hak istimewa)
tertentu, dan
· memiliki prestige (gengsi
kemasyarakatan) tertentu
Apakah simbol status?
· Simbol “sesuatu” yang oleh penggunanya
diberi makna tertentu
· Ciri-ciri/tanda-tanda yang melekat
pada diri seseorang atau kelompok yang secara relatif dapat menunjukkan
statusnya
· Antara lain: cara berpakaian,cara
berbicara, cara belanja, desain rumah, cara mengisi waktu luang, keikutsertaan
dalam organisasi, tempat tinggal,cara berbicara, perlengkapan hidup, akses
informasi, dst.
Konsekuensi perbedaan status
dalam pelapisan sosial masyarakat?
· Cara hidup (cara berfikir, berperasaan
dan bertindak) yang berbeda: sikap politik, kepedulian sosial, keterlibatan
dalam kelompok sosial, dst.). Ingat: PS = f(S + K), bahwa perilaku sosial pada
dasarnya merupakan fungsi dari struktur sosial dan kebudayaan. Jawablah: mengapa seorang individu menyebut
orangtuanya sebagai mama dan papa, bukan ayah dan ibu, bukan bapak dan ibu,
atau bapak dan simbok?
· Prestige (gengsi/kehormatan sosial)
yang berbeda
· Privilege (hak istimewa) yang berbeda
Analisis Mengenai Stratifikasi Sosial
Sebenarnya, adanya stratifikasi
sosial ini ditengah masyarakat merupakan masalah yang pelik dalam hubungan
sosialisasi masyarakat.Tak jarang pula kita mendengar banyak terjadi konflik
sosial akibat adanya stratifikasi sosial.Bagaimana nasib masyarakat yang berada
di kelas/lapisan bawah? Mereka akan terus menjadi masyarakat yang tertutup
karena mereka merasa rendah sehingga perkembangan dalam kelompok masyarakat
dalam lapisan tersebut sangat sulit terjadi. Pelapisan sosial ini memberikan
fasilitas hidup tertentu (life chance) dan membentuk gaya tingkah laku hidup
(life style) bagi masing-masing anggotanya. Bila seseorang atau sekelompok
masyarakat berada di lapisan atas dan memiliki status yang tinggi, mereka akan
lebih mudah berkembang dan terbuka dalam hubungan sosialnya. Sulitnya memasuki
lapisan atas dalam status sosial oleh masyarakat lapisan bawah juga merupakan
masalah tersendiri yang sulit untuk dipecahkan. Kesulitan untuk berpindah
lapisan sosial ini akan menimbulkan masalah-masalah dalam kelompok sosial,
misalnya rasa tidak adil, merasa tidak mendapatkan hak yang semestinya, maupun
kesenjangan sosial yang akhirnya akan menimbulkan konflik sosial ditengah
masyarakat.
Beberapa pendapat sosiologis mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai
ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi. Sebagian
anggota masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya
terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari
sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan, sebagian orang mempunyai
kekuasaan sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas
masyarakat.Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial
seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari
memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya.Hal demikian
disebut mobilitas sosial.Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam
masyarakat selama di dalam masyarakattersebut terdapat sesuatu yang dihargai.
Mungkin berupa uang atau benda-benda bernilaiekonomis, atau tanah, kekuasaan,
ilmu pengetahuan, kesalehan agama, atau keturunankeluarga terhormat. Seseorang
yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai akandianggap sebagai orang yang
menduduki pelapisan atas. Sebaliknya mereka yang hanyasedikit memiliki atau
bahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut,mereka akan
dianggap oleh masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisanbawah atau
berkedudukan rendah. pelapisan sosial dapat mempengaruhikehidupan masyarakat,
seperti adanya perbedaan gaya hidup dan perlakuan darimasyarakat terhadap
orang-orang yang menduduki pelapisan tertentu. Stratifikasi sosialjuga
menyebabkan adanya perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam
stratasosial tertentu berdasarkan kekuasaan, privilese dan prestise.
Dalam lingkunganmasyarakat dapat
terlihat perbedaan antara individu, atau satu keluarga lain, yang
dapatdidasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki.Yang kaya ditempatkan pada
lapisanatas, dan miskin pada lapisan bawah.Atau mereka yang berpendidikan
tinggi berada dilapisan atas sedangkan yang tidak sekolah pada lapisan
bawah.Dari perbedaan lapisansosial ini terlihat adanya kesenjangan sosial.Hal
ini tentu merupakan masalah sosialdalam masyarakat. Perbedaan sikap tersebut tercermin
dari gaya hidup seseorang sesuai dengan stratasosialnya. Pola gaya hidup
tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian, tempat tinggal,cara berbicara,
pemilihan tempat pendidikan, hobi dan tempat rekreasi.
Pengaruh atau dampak stratifikasi
sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar dan berpengaruh. Karena dengan
kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat dengan apa yang mereka
butuhkan. Stratifikasi sosial dalam masyarakat digambarkan mengerucut atau
seperti piramida, hal ini disebabkan semakin tinggi kelas sosial, semakin
sedikit pula jumlah yang menempatinya. Adapun dampak stratifikasi sosial pada
dalam kehidupan masyarakat adalah :
1. Eklusivitas
Stratifikasi sosial yang
membentuk lapisan-lapisan sosial juga merupakan sub-culture, telah menjadikan
mereka dalam lapisan-lapisan gtertentu menunjukan eklusivitasnya masing-masing.
Eklusivitas dapat berupa gaya hidup, perilaku dan juga kebiasaan mereka yang
sering berbeda antara satu lapisan dengan lapisan yang lain.Gaya hidup dari
lapisan atas akan berbeda dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah.
Demikian juga halnya dengan perilaku masing-masing anggotanya dapat dibedakan;
sehingga kita mengetahui dari kalangan kelas social mana seseorang berasal.Eklusivitas
yang ada sering membatasi pergaulan diantara kelas social tertentu, mereka
enggan bergaul dengan kelas social dibawahnya atau membatasi diri hanya bergaul
dengan kelas yang sanma dengan kelas mereka.
2. Etnosentrisme
Etnosentrisme dipahami sebagai
mengagungkan kelompok sendiri dapat terjadi dalam stratifikasi social yang ada
dalam masyarakat. Mereka yang berada dalam stratifikasi social atas akan
menganggap dirinya adalah kelompok yang paling baik dan menganggap rendah dan
kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada stratifikasi sosial
rendah.Pola perilaku kelas social atas dianggap lebih berbudaya dibandingkan
dengan kelas social di bawahnya. Sebaliknya kelas social bawah akan memandang
mereka sebagai orang boros dan konsumtif dan menganggap apa yang mereka lakukan
kurang manusiawi dan tidak memiliki kesadaran dan solidaritas terhadap mereka
yang menderita. Pemujaan terhadap kelas sosialnya masing-masing adalah wujud
dari etnosentrisme.
3. Konflik Sosial
Perbedaan yang ada diantara kelas
social dapt menyebabkan terjadinya kecemburuan social maupun iri hati. Jika
kesenjangan karena perbedaan tersebut tajam tidak menutup kemungkinan
terjadinya konflik social antara kelas social satu dengan kelas social yang
lain.Misalnya demonstrasi buruh menuntut kenaikan upah atau peningkatan
kesejahteraan dari perusahaan dimana mereka bekerja adalah salah satu konflik
yang terjadi karena stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat.
Meskipun begitu, stratifikasi
sosial juga memiliki dampak positif bagi masyarakat. Pengaruh positif dari
stratifikasi sosial itu sendiri adalah orang-orang akan berusaha untuk
berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah
strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras
agar dapat naik ke strata atas. Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar
dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan. Mobilitas sosial akan lebih
mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.