Jumat, 07 September 2012

Rokok dalam kajian sosiologi


Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Dan menyebabkan gejala yang sangat fatal bila tidak dihentikan. Kebiasaan merokok selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi kepribadian. Perokok biasanya berkepribadian yang keras dan apabila tidak merokok sekali saja, maka kelakuannya semakin menjadi-jadi. Untuk itu anggapan rokok itu menyimpang jika orang-orang di sekitarnya itu menolak keberadaannya karena dianggap sebagai pengganggu bagi mereka yang tidak merokok. Namun, tidak semua orang menolak atas kehadiran rokok dan yang merokok karena mereka menganggap jika rokok akan membuatnya nyaman. Penyimpangan sosial diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebannyakan (K. Kartono, 2007: 11). Menurut Kartini Kartono (2007: 18), penyimpangan sosial dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
1.    Individu-individu dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi “masalah” merugikan dan destruktif bagi orang lain, akan tetapi tidak merugikan diri sendiri.
2.    Individu-individu dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi masalah bagi diri sendiri, akan tetapi tidak merugikan orang lain.
3.    Individu-individu dengan deviasi tingkah laku yang menjadi maslah bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Dalam pembahasan penyimpangan, terdapat tiga pendekatan teori yakni teori biologis (approach biologik), teori psikologis (approach psychologik), dan teori sosiologis (approach sociologik) (dalam Vembriarto, 1984: 48). Namun, yang terkait dengan tingkah laku menyimpang merokok hanya berdasarkan pada dua pendekatan teori saja yakni teori psikologis dan sosiologis. Pendekatan teori psikologis menekankan pada faktor-faktor tingkah laku menyimpang dari aspek psikologisnya, sehingga orang melanggar norma-norma sosial yang ada. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah intelegensi, sifat-sifat kepribadian, proses berfikir, motivasi-motivasi untuk memperoleh kepuasan tertentu, sikap hidup yang keliru, dan internalisasi diri yang salah, serta konflik emosi (dalam Vembriarto, 1984: 48). Berkaitan dengan merokok, maka faktor yang mempengaruhi seseorang secara psikologis untuk berbuat menyimpang salah satunya adalah karena adanya motivasi-motivasi untuk memperoleh kepuasan tertentu. Seseorang wanita merokok misalnya, mereka mempunyai dorongan psikologis yang paling kuat karena untuk mencari bentuk jati diri. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa para remaja putri yang menyangka bahwa kebiasaan merokok dapat membuatnya tampak dewasa, memberi kepercayan diri dan mengontrol berat badannya sehingga mereka akan lebih sering mencoba untuk merokok (T. J. Aditama, 1992: 56-57).
Dalam pendekatan teori sosiologis menurut Teori Asosiasi Deferensial adalah bahwa kejahatan merupakan perikelakuan yang dianggap menyimang atau bahkan membahayakan masyarakat. Menurut Sutherland (dalam M. D. Weda, 1996: 133), proses yang dilalui seseorang untuk menjadi jahat atau memiliki tingkah laku jahat, antara lain adalah:
1.    Tingkah laku jahat dipelajari, jadi tingkah laku itu tidak diwarisi sehingga tidak mungkin ada orang jahat secara mekanis.
2.    Tingkah laku jahat seseorang dimilikinya karena pergaulan dengan orang-orang jahat melalui proses interaksi.
3.    Apabila tingkah laku itu dipelajari, maka yang dipelajari adalah (1) cara melakukan kejahatan itu baik yang sulit maupun yang sederhana dan (2) bimbingan yang bersifat khusus mengenai motif, rasionalisasi, serangan, dan sikap.
4.    Defferntial association adalah hal spesifik yang menyebabkan seseorang bertingkah laku jahat.
Di dalam suatu proses pergaulan seseorang, sangat dipengaruhi oleh empat unsur, yakni masa lampau (priority), lama waktu seseorang bergaul dalam kelompoknya (duration), frekuensi pergaulan dalam kelompoknya (frekuency), dan sikap moral orang yang bersangkutan terhadap norma-norma yang dianut dalam kelompok tersebut (intensity). Teori ini pada hakekatnya menekankan betapa pentingnya sikap individu terhadap situasi lingkungannya (dalam R. Atamasasmita, 2005: 82). Adanya perilaku menyimpang bukan berasal dari faktor keturunan, melainkan berasal dari pergaulan individu. Seperti dikemukan dalam teori yang dikemukakan oleh Sutherland di atas bahwa salah satu perilaku kriminal dapat dipelajari pada pergaulan akrab. Seperti halnya dalam merokok, biasanya seseorang memulai kebiasaan merokok diakibatkan karena pergaulannya dengan kelompok-kelompok yang suka merokok. Seperti pengaruh lingkungan keluarga dan pengaruh lingkungan tempat bermainnya atau peer group (T. J. Aditama, 1992: 57).


Sumber Bacaan
·         Kartini Kartono. 2007. Patologi Sosial Jilid I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
·         Made Darma Weda. 1996. Kriminologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
·         Romli Atamasasmita. 2005. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.
·         St Vembriarto. 1984. Pathologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
·         Tjandra Yoga Aditama. 1992. Rokok  dan Kesehatan. Jakarta: UI Press. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar