Rokok adalah benda
beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Dan
menyebabkan gejala yang sangat fatal bila tidak dihentikan. Kebiasaan merokok
selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi kepribadian. Perokok biasanya
berkepribadian yang keras dan apabila tidak merokok sekali saja, maka
kelakuannya semakin menjadi-jadi. Untuk itu anggapan rokok itu menyimpang jika orang-orang di sekitarnya itu menolak keberadaannya karena
dianggap sebagai pengganggu bagi mereka yang tidak merokok. Namun, tidak semua
orang menolak atas kehadiran rokok dan yang merokok karena mereka menganggap
jika rokok akan membuatnya nyaman. Penyimpangan sosial diartikan sebagai
tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik
rata-rata dari rakyat kebannyakan (K. Kartono, 2007: 11). Menurut Kartini
Kartono (2007: 18), penyimpangan sosial dapat dibedakan dalam tiga kelompok
yaitu sebagai berikut :
1.
Individu-individu dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi
“masalah” merugikan dan destruktif bagi orang lain, akan tetapi tidak merugikan
diri sendiri.
2.
Individu-individu dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi
masalah bagi diri sendiri, akan tetapi tidak merugikan orang lain.
3.
Individu-individu dengan deviasi tingkah laku yang menjadi
maslah bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Dalam pembahasan
penyimpangan, terdapat tiga pendekatan teori yakni teori biologis (approach
biologik), teori psikologis (approach psychologik), dan teori sosiologis
(approach sociologik) (dalam Vembriarto, 1984: 48). Namun, yang terkait dengan
tingkah laku menyimpang merokok hanya berdasarkan pada dua pendekatan teori
saja yakni teori psikologis dan sosiologis. Pendekatan teori psikologis
menekankan pada faktor-faktor tingkah laku menyimpang dari aspek psikologisnya,
sehingga orang melanggar norma-norma sosial yang ada. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah intelegensi, sifat-sifat kepribadian, proses berfikir,
motivasi-motivasi untuk memperoleh kepuasan tertentu, sikap hidup yang keliru,
dan internalisasi diri yang salah, serta konflik emosi (dalam Vembriarto, 1984:
48). Berkaitan dengan merokok, maka faktor yang mempengaruhi seseorang secara
psikologis untuk berbuat menyimpang salah satunya adalah karena adanya
motivasi-motivasi untuk memperoleh kepuasan tertentu. Seseorang wanita merokok
misalnya, mereka mempunyai dorongan psikologis yang paling kuat karena untuk
mencari bentuk
jati diri. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa para remaja putri yang
menyangka bahwa kebiasaan merokok dapat membuatnya tampak dewasa, memberi
kepercayan diri dan mengontrol berat badannya sehingga mereka akan lebih sering
mencoba untuk merokok (T. J. Aditama, 1992: 56-57).
Dalam pendekatan teori
sosiologis menurut Teori Asosiasi
Deferensial adalah
bahwa kejahatan merupakan perikelakuan yang dianggap menyimang atau bahkan
membahayakan masyarakat. Menurut Sutherland (dalam M. D. Weda, 1996: 133),
proses yang dilalui seseorang untuk menjadi jahat atau memiliki tingkah laku
jahat, antara lain adalah:
1.
Tingkah laku jahat dipelajari, jadi tingkah laku itu tidak
diwarisi sehingga tidak mungkin ada orang jahat secara mekanis.
2.
Tingkah laku jahat seseorang dimilikinya karena pergaulan dengan
orang-orang jahat melalui proses interaksi.
3.
Apabila tingkah laku itu dipelajari, maka yang dipelajari adalah
(1) cara melakukan kejahatan itu baik yang sulit maupun yang sederhana dan (2)
bimbingan yang bersifat khusus mengenai motif, rasionalisasi, serangan, dan
sikap.
4.
Defferntial association adalah hal spesifik yang menyebabkan
seseorang bertingkah laku jahat.
Di
dalam suatu proses pergaulan seseorang, sangat dipengaruhi oleh empat unsur,
yakni masa lampau (priority), lama waktu seseorang bergaul dalam kelompoknya
(duration), frekuensi pergaulan dalam kelompoknya (frekuency), dan sikap moral
orang yang bersangkutan terhadap norma-norma yang dianut dalam kelompok
tersebut (intensity). Teori ini pada hakekatnya menekankan betapa pentingnya
sikap individu terhadap situasi lingkungannya (dalam R. Atamasasmita, 2005: 82).
Adanya perilaku menyimpang bukan berasal dari faktor keturunan, melainkan
berasal dari pergaulan individu. Seperti dikemukan dalam teori yang dikemukakan
oleh Sutherland di atas bahwa salah satu perilaku kriminal dapat dipelajari
pada pergaulan akrab. Seperti halnya dalam merokok, biasanya seseorang memulai
kebiasaan merokok diakibatkan karena pergaulannya dengan kelompok-kelompok yang
suka merokok. Seperti pengaruh lingkungan keluarga dan pengaruh lingkungan
tempat bermainnya atau peer group (T. J. Aditama, 1992: 57).
Sumber
Bacaan
·
Kartini Kartono. 2007. Patologi
Sosial Jilid I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
·
Made Darma Weda. 1996. Kriminologi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
·
Romli Atamasasmita. 2005. Teori
dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.
·
St Vembriarto. 1984. Pathologi
Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
·
Tjandra Yoga Aditama. 1992. Rokok
dan Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar