Menurut Robert Linton (1936), teori peran menggambarkan
interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan
apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan
peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini seseorang yang mempunyai peran
tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain
sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran
tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang
dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien
yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial. Kemudian,
sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas penggunaan teori
peran.
Pendekatannya yang dinamakan “life-course”
memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya
untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang
berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika
Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun,
menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh
belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia
enam puluh tahun.
Di Indonesia berbeda, usia sekolah dimulai
sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun,
pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (age
grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa
mempunyai bermacam-macam pembagian lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar